Suara dan Kebisingan
1.
Suara
a. Pengertian Suara
Suara
mempunyai banyak pengertian salah satunya menyebutkan bahwa suara atau bunyi
adalah variasi tekanan yang merambat melalui udara dan dapat dideteksi oleh
telinga manusia. (Confer dalam Babba,2007).
Karakteristik
suara pada dasarnya secara garis besar terbagi dua (Tambunan dalam
Babba,2007) yaitu :
1. Karakteristik
fisik gelombang suara
1. Frekuensi
Frekuensi
merupakan jumlah perubahan tekanan dalam setiap detiknya atau frekuensi setiap
detiknya dalam satuan cycles per second (cls)
atau Hertz (Hz).
2. Periode
Waktu
yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode adalah detik (Luxson,
Darlina dan Malaka, 2012).
3. Amplitudo
Amplitudo
sebuah gelombang suara adalah tingkat gerakan molekul-molekul udara dalam
gelombang, yang sesuai terhadap perubahan dalam tekanan udara yang sesuai
gelombang. Lebih besar amplitudo gelombang maka lebih keras molekul-molekul
udara untuk menabrak gendang telinga dan lebih keras suara yang terdengar.
4.
Panjang Gelombang
Panjang
gelombang merupakan jarak antara dua gelombang yang dekat dengan perpindahan
dan kecepatan partikel yang sama dalam satu bidang medan bunyi datar.
2. Karakteristik mekanik gelombang suara
1. Pemantulan
gelombang dan Penggabungan gelombang suara
Gelombang
bunyi jika mengenai suatu penghalang/rintangan maka ada sebagian yang diserap
oleh penghalang dan sebagian lagi dipantulkan bergantung keras atau lunaknya
penghalang.
2. Kualitas
suara
Untuk
menyatakan kualitas bunyi/suara digunakan pengertian sebagai berikut (Wardana
dalam Babba, 2007):
a) Frekuensi
bunyi, yaitu jumlah getaran perdetik. Satuan bunyi dinyatakan dalam Hertz (Hz).
b) Intensitas
bunyi, yaitu perbandingan tegangan suara yang datang dan tegangan suara standar
yang dapat didengar oleh manusia normal pada frekuensi 1000 Hz dinyatakan dalam
desibel (dB).
b. Sumber
Suara
PLTD
dapat di kategorikan wilayah lingkungan kerja. Sumber suara pada lingkungan
kerja menurut Tambunan (dalam Babba, 2007):
1. Suara
Mesin
Suara
mesin dalam lingkungan kerja merupakan sumber suara yang utama,biasanya ketika
mesin bekerja terutama mesin diesel akan menghasilkan suara yang melebihi
ambang batas dan menjadi sumber utama kebisingan di lingkungan kerja.
2. Benturan
antara alat kerja dan benda kerja
Benturan alat kerja yaitu alat-alat mekanik yang
bertemu dengan mesin-mesin Diesel PLTD dapat menghasilkan suara yang melebihi
ambang batas
3. Aliran
material
Aliran-aliran
material baik itu berupa aliran gas,Solar atau air dan juga aliran-aliran
limbah dari proses kinerja mesin dapat menimbulkan kebisingan di tempat kerja.
4. Manusia
Manusia
dapat dimasukkan sebagai sumber suara karena manusia termasuk bagian objek yang
menghasilkan suara.
2.
Kebisingan
a.
Pengertian
Kebisingan
Pengertian bising secara sederhana
adalah suara yang tidak diinginkan. Slamet (2006), Bising merupakan campuran
dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat
ini kebisingan merupakan salah satu penyebab “penyakit lingkungan” yang penting
(Rusli, 2009). Kebisingan disebut untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan
yang disebabkan oleh aktifitas dan kegiatan manusia maupun alam (Schilling dalam Rusli, 2009).
b.
Klasifikasi
Kebisingan
Berdasarkan frekuensi,
tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam
3 kategori (Rusli, 2009):
1. Occupational noise (bising yang
berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di
tempat kerja,misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising
pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara
31,5-8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising
impulsf) yaitu bising yang terjadi
akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam,
tembakan bedil.
Tambunan (Babba, 2007), kebisingan dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis kriteria, yaitu:
a. Kebisingan
yang tetap (steady noise) yang dipisahkan
lagi menjadi dua yaitu:
1) Kebisingan
dengan frekuensi terputus
2) Kebisingan
tetap
b. Kebisingan
tidak tetap (unsteady noise) dibagi
lagi menjadi tiga jenis yaitu:
1) Kebisingan
fluktuatif yaitu kebisingan yang berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
2) Intermitent noise yaitu
kebisingan yang terputus-terputus dan besarnya dapat berubah-ubah.
3) Kebisingan
Implusif yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh suara yang berintensitas tinggi
dalam waktu relatif singkat.
Suma’mur (2009)
mengemukakan pendapat bahwa kebisingan dapat dibedakan jenisnya sebagai
berikut:
1)
Kebisingan kontinyu dengan
spektrum frekuensi yang luas (steadystate wide band
noise), misalnya: kipas angin, suara katup mesin gas, mesin tenun dan
lain-lain.
2)
Kebisingan kontinyu dengan spektrum
frekuensi sempit (steady state narrow band noise), misalnya: suara
sirine, generator,compressor, suara gergaji sirkuler dan lain-lain.
3)
Kebisingan terputus-putus (intermittent),
misalnya: kebisingan yang terdapat di lapangan udara, di jalan raya dan
lain-lain.
4)
Kebisingan impulsif berulang,
misalnya: mesin tempa diperusahaan.
c.
Dampak
Kebisingan
Dampak dari sebuah kebisingan
dapat menimbulakan gangguan pada bidang kesehatan maupun non kesehatan. Aspek
non kesehatan dapat berupa gangguan dalam berkomunikasi. Komunikasi bagi
manusia sangatlah penting karena merupakan bagian dalam proses interaksi antar
manusia. Kebisingan dapat menggangu manusia dalam menangkap dan menerima
informasi dan apa yang lawan bicara sampaikan.
Kebisingan dapat juga
mengganggu komunikasi pembicaraan, yang menghalangi aktivitas dan pergaulan
manusia (Adyatma, 2002). Gangguan Komunikasi dapat berupa berhenti bicara,
berteriak dan mendekatkan diri dengan lawan bicara (Feidihal, 2014).
Efek gangguan gangguan
komunikasi terhdap kebisingan dapat menimbulkan kesulitan dalam menerima atau
mendengarkan pembicaraan dari lawan bicara, hal tersebut dapat dilihat dari
tabel 1.
Tabel 1. Tingkat kehilangan
pendengaran dan efeknya
No.
|
Efek
|
Rerata Kehilangan Pendengaran (dB)
|
1
|
Tidak
ada kesulitan nyata dalam mendengarkan
|
< 25
|
2
|
Kesulitan
mendengarkan pembicaraan pelan
|
25 - 40
|
3
|
Kesulitan
mendengarkan pembicaraan normal
|
40 - 55
|
4
|
Kesulitan
mendengarkan pembicaraan keras
|
55 - 70
|
5
|
Hanya
dengan berteriak pembicaraan dapat dimengerti
|
70 - 90
|
6
|
Tidak
mampu mendengar walaupun berbicara dengan pengeras suara
|
90 - 150
|
7
|
Pendengaran
memerlukan alat bantu
|
> 150
|
Sumber : (Dix dalam Adyatma, 2002).
d.
Sumber
Kebisingan
Prasetyo (1990), sumber Kebisingan dapat
bersumber sebagai berikut:
a. Bising dalam
Bising
dalam adalah sumber bising yang berasal dari manusia, bengkel mesin dan
alat-alat rumah tangga.
b. Bising
Luar
Bising
luar adalah sumber bising yang berasal dari lalu lintas, industri, tempat
pembangunan gedung dan sebagainya. Sumber bising dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu sumber bising bergerak
seperti kendaraan bermotor yang, kereta api maupun pesawat terbang. Sumber
bising yang tidak bergerak contohnya adalah perkantoran, diskotik, pabrik,
pembangkit listrik tenaga diesel dan perusahaan kayu (Feidihal,2007)
e.
Standar
Baku Kebisingan
Standar baku kebisingan adalah batasan-batasan di
perbolehkan besaran yang boleh diterima dari sebuah kebisingan. Menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996
mengatakan bahwa Tingkat kebisingan adalah ukuran
energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. Baku tingkat
kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Standar baku Kebisingan sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996,
tanggal 25 Nopember 1996 seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Baku Tingkat Kebisingan
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Peruntukan
Kawasan/
Lingkungan
Kegiatan
|
Tingkat kebisingan
DB (A)
|
|
a.
|
Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2.
Perdagangan dan Jasa
3.
Perkantoran dan Perdagangan
4.
Ruang Terbuka Hijau
5.
Industri
6.
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7.
Rekreasi
8.
Khusus:
- Bandar udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
|
55
70
65
50
70
60
70
70
60
|
b.
|
Lingkungan
Kegiatan
1.
Rumah Sakit atau sejenisnya
2.
Sekolah atau sejenisnya
3.
tempat ibadah atau sejenisnya
|
55
55
55
|
Keterangan
:
*) disesuaikan dengan
ketentuan Menteri Perhubungan
Sumber: Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 Nopember
1996
f.
Metode
Pengukuran Kebisingan
Metode pengukuran kebisingan yang biasa dilakukan untuk mengetahui
kebisingan yang ada dilingkungan (Maulana, Soelistijorini
dan Santoso, 2014):
1.
Pengukuran dengan titik sampling
pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya
pada satu atau beberapa lokasi saja.
2.
Pengukuran dengan peta kontur pengukuran
dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan,karena
peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan
area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambarisoplet pada kertas
berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
3.
Pengukuran dengan Grid Untuk
mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada
lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak
interval yang sama diseluruh lokasi .
Sumber Referensi :
- Babba, Jennie. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah, Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro Semarang.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta.
- Adyatma, Sidharta. 2002. Pola Sebaran Kebisingan Kereta Api Antara Stasiun Patukan Sampai Stasiun Yogyakarta Dan Pengaruhnya Terhadap Kenyamanan Masyarakat Sekitar, Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan. Universitas Gadjah Mada.
- Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa Di Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Jurnal Teknik Mesin Vol.4 No.1
Komentar
Posting Komentar