Lanting Kotamara...Benteng Terapung dan Perang Banjar.

KOTAMARA, SEBUAH BENTENG TERAPUNG DAN PERANANNYA DALAM PERANG BANJAR 


Di suatu waktu saya dan teman-teman saya sedang mengadakan jalan-jalan ke kota Martapura dan Banjarbaru. Niat awal diadakannya acara tersebut adalah untuk ziarah ke makam beberapa ulama yang ada di wilayah Martapura dan sekitarnya. Setelah selesai ziarah yang tidak makan waktu setengah hari itu selesai, kami pun melanjutkan jalan-jalan keliling kota hingga akhirnya "nyasar" di museum Lambung Mangkurat. Museum tersebut memiliki koleksi yang cukup lengkap akan benda-benda sejarah yang ada di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan.

( Lukisan yang menggambarkan terjadinya perang Banjar di Gunung Tungka )
Salah satu hal yang membuat saya tertarik akan koleksi di Museum tersebut adalah apa yang di sebut dengan lanting Kotamara. Saya pernah membaca buku tentang Perang Banjar dan buku pelajaran sekolah mengenai perang banjar, tetapi tidak dijelaskan dan diceritakan tentang apa itu lanting kotamara. Pembahasan mengenai perang banjar pun sangat terbatas dan bisa di kronologikan secara sederhana seperti ini : Perebutan kekuasaan antara Sultan Hidayatullah (yang sah) vs Sultan Tamjidillah (pro Belanda) > Perang Banjar (tenggelamnya kapal Onrust) > Dibuang, ditangkap dan wafatnya para pejuang > melemahnya perjuangan > The End.

Lanting Kotamara pun tidak disebutkan disana, padahal menurut sejarah yang tertulis benteng atawa lanting Kotamara tersebut mempunyai peranan yang tidak sedikit dalam perang Banjar yang dimana lanting tersebut dimasa perang Banjar berguna selain sebagai benteng dan pertahanan juga sebagai media dalam strategi menyerang melawan Belanda. Lanting ini disebutkan digunakan oleh para pejuang Banjar beroperasi di daerah Sungai Barito. Karena keterbatasan informasi, maka saya pun  langsung melakukan studi ilmiah ( cuman modal googling dan baca buku doang,hehe ).

( Gambar Lanting Kotamara di Museum Lambung Mangkurat )
Nah, diawali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, Kotamara diartikan sebagai dinding di kapal untuk melindungi orang yang memasang meriam selain itu dapat pula berarti teras atau dinding di atas benteng tempat meriam. Lanting Kotamara merupakan benteng (ada pula yang mengatakan panser) apung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda yang berada diperairan sungai Barito. Bentuk lanting Kotamara ini cukup unik karena dibuat dari susunan bambu dan batang kayu memanfaatkan hasil hutan Kalimantan yang membentuk sebuah benteng terapung. Dindingnya di desain secara berlapis-lapis sehingga sukar ditembus dan dihancurkan oleh peluru pistol, senapan dan meriam-meriam punya Belanda. Lanting Kotamara selain didukung dengan pertahanan yang kuat juga dipersenjatai dengan meriam dan beberapa lila (meriam kecil).
 ( Desain Lanting Kotamara )

Pada buku Perang Banjar Barito karya Ahmad Barjie, disebutkan bahwa lanting kotamara merupakan karya seseorang yang bernama Raden Jaya Anum dari Kapuas Tengah, yang setelah masuk islam dijuluki Juragan Kuat. Sebuah sumber mengatakan kapal-kapal Belanda yang berhasil dirusak dan pernah head to head langsung dengan lanting Kotamara adalah Onrust, Cipanas dan Celebes pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau Kanamit, sungai Barito.



( Kotamara in Action)

Jujur saja, ketika pertama kali saya membaca dan mengetahui tentang Kotamara ini, saya kagum luar biasa kepada para nenek moyang Banjar yang dengan bahan dan kearifan lokal yang ada mampu membuat benteng terapung ini. Pikiran saya langsung tertuju dengan penemuan-penemuan unik yang dimiliki bangsa lain seperti kapal kura-kuranya Laksamana Yi Sun-sin yang dimana digunakan oleh bangsa Korea untuk membendung invansi bangsa Jepang dan juga kapal Flamethrower (penyembur api) punya Byzantium yang dimana penemuan unik mereka di bidang kemaritiman dapat membuat takut dan menghancurkan para musuh-musuh yang berupaya menyerang dan menghancurkan kerajaan mereka. Urang Banjar pun ternyata juga mampu membuat suatu hal yang unik dan benteng tersebut merupakan suatu momok yang menakutkan Belanda semasa Perang Banjar di wilayah sungai Barito.

 ( Kapal "kura-kura" Yin Sun-sin, keunikannya terletak pada desain yang memilki atap yang diselimuti kayu dan dipenuhi duri-duri )
( Kapal Byzantium yang dapat menyemburkan api, sampai  saat ini tidak diketahui senyawa apa yang dipakai oleh bangsa Yunani tersebut yang dapat menyemburkan api dan masih dapat terbakar di atas permukaan air )

Bagaimana nasib akhir dari lanting ini saya tidak tau, karena keterbatasan referensi dan sumber yang saya dapat, bagi pembaca sekalian yang mempunyai info yang lain dapat di share disini, sekalian bagi-bagi ilmu.....hehe. Menurut hemat saya setelah tau tentang lanting/benteng Kotamara ini adalah buhan urang banjar pun tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain dalam hal penerapan teknologi dan startegi perang pada masanya .



Sumber Referensi :
Buku : Barjie, Ahmad. Perang Banjar Barito (1859-1906 ). Pustaka Agung Kesultanan Banjar, 2015.


Komentar